» » Mbuli Yi Lipu, Wisata Mudik Ala Kota Bau-Bau

Mbuli Yi Lipu, Wisata Mudik Ala Kota Bau-Bau

Penulis By on 23 August 2010 | No comments

Menjangkau Baubau tidak serumit
menjangkau kota-kota lainnya di Nusantara
-amirul tamim, walikota-

Hampir semua wilayah di Nusantara ini mengenal istilah mudik, tak peduli harus bersesakan kereta dan kendaraan umum lainnya yang penting bisa kumpul dengan keluarga. Tapi bagi Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, wisata mudik yang disebut dengan istilah ‘Mbuli Yi Lipu’ atau di Indonesiakan Pulang Kampung, punya kesan tersendiri bagi penikmatnya. Sejumlah event dihelat untuk menyambut para pemudik dan wisatawan mancanegara. Seperti apa bentuknya?

‘Mbuli Yi Lipu’ adalah slogan wisata yang dikembangkan Walikota Baubau, Amirul Tamim sejak 2 tahun silam. Hal ini diilhami mencermati kunjungan pemudik Ramadhan selama kurun waktu 2 tahun berturut-turut yang jumlahnya mencapai 2 ribuan orang per musim mudik. Mereka orang-orang Buton yang merantau di Batam, Papua, Maluku, Jakarta hingga dari beberapa negara seperti Malaysia dan Brunai Darussalam. “Ini bukan mudik pak, ini tradisi yang sudah berlangsung sejak Pulau Buton ini ada, sebab selesai Ramadhan banyak hajatan kampung digelar seperti ‘Tradisi 2 Syawalan’, Pekakande-Kandea dan banyak lagi,” kata Ilham, perantau asal Serawak Malaysia..

Tradisi 2 Syawalan di Kota Baubau adalah sejumlah event tahunan yang digelar dengan berbagai bentuk kegiatan, semisal ‘doa kampung’, hingga pekan olah raga dan seni. Biasanya, tradisi ini digelar oleh masyarakat yang ‘berdiam di Pulau Makasar, sebuah pulau kecil dalam wilayah kota Baubau, yang letaknya tepat didepan kota. Yang lebih lucu, dipertandingan olah raga, biasanya para pemudik bersatu membentuk tim asal wilayah rantau masing-masing. Maka tidak heran kalo ada pertandingan antara ‘Malaysia versus Brunai, atau Brunai Versus Papua’ (hahahaha...). lebih hebat lagi kalo final, biasanya tuan rumah versus negara lain. Seperti ‘Bau-Bau versus Malaysia’. Jarang terjadi kan?. Dan helatan sepak bola ini digelar di hamparan pasir putih pulau makasar. Bukan hanya sepak bola, olah raga lainnya adalah silat tradisional.




Selain tradisi Syawalan itu, juga dikenal tradisi pekande-kandea. Bukan hanya di Kota Baubau banyak tradisi ini digelar, tetapi hampir semua wilayah di Pulau Buton menggelarnya. Meski bila di Indonesiakan, Pekaknde-kandea bermakna ‘makan-makan’, tetapi tidak sekedar itu, ada ritual disana. Biasanya, di acara ini sejumlah gadis-gadis berpakaian adat Buton menjamu para tetamu agung, sembari menyuapinya, sebagai bentuk penghargaan. Terkadang, ajang ini dijadikan wahana pencarian jodoh bagi perjaka dan gadis Buton...(aduh serunya..!!)
Tidak sekedar ajang kumpul-kumpul, sejak beberapa tahun lalu Pemkot setempat menggagas ikatan sosial bernama ‘Sarewu To Liputa’ atau Seribu rupiah untuk negeri. Ya, layaknya sumbangan untuk kampung, yang biasanya diserahkan di masjid dan sarana umum lainnya, sebagai bentuk apresiasi anak daerah di rantauan.

Bulan Agustus dan September 2010 khususnya di Kota Baubau, meski suasana bulan puasa, tapi Baubau makin ramai dengan kunjungan wisatawan dan pemudik, apalagi bersamaan dengan pelaksanaan Sail Indonesia 2010, yang masuk berlabuh ke Baubau sejak 19 Agustus dan berakhir 26 Agustus 2010 mendatang. Jumlah mereka tidak sedikit, sekitar 200-an orang yang merupakan petualang laut dari berbagai negara di dunia, seperti Amerika, Prancis, Australia dan New Zealand.

(***)

Kota Baubau, belakangan ini terus bergeliat di sektor wisata, bahkan dengan tagline-nnya ‘Baubau, The Wishest Fortress In The Word’ terus mempromosikan ke publik internasional. Baubau dikenal sebagai kota budaya yang sangat khas dengan benteng terluasnya di dunia, Baubau dikenal memiliki objek wisata bahari yang menarik, seperti area diving, snorkling dan lain-lain. Bahkan Baubau juga punya objek wisata minat khusus yang sangat cocok bagi para petualang, dari air terjun, goa susur hingga temuan benda-benda arkeolog lainya.

Meningkatnya kunjungan arus wisatawan ke kota ini didukung dengann infrastruktur yang sangat memadai, untuk kelengkapan para pengunjung. Menjangkau Baubau memang tidak serumit menjangkau kota-kota lainnya di Nusantara. Sebab kota ini memiliki Bandara yang menghubungkan ke Makasasar, Jakarta, Surabaya, Jokjakarta, bahkan Bali sekalipun, dengan prekwensi penerbangan 4 kali harinya. Dari Kota Makassar, Baubau dapat ditempuh dengan pesawat selama 45 menit dengan harga tiket dikisaran Rp. 350 ribu hingga Rp 450 ribu. (Murah kan?). Bahkan dari Baubau, Anda bisa melanjutkan perjalanan wisata Anda ke Wakatobi, sebuah kawasan wisata laut yang dulunya masuk dalam pemerintahan Baubau (Buton, saat itu).

Tak hanya pesawat, semua jalur pelayaran PELNI dari Barat ke Timur Indonesia (juga sebaliknya), singgah ke Baubau, belum lagi akses pelayaran dengan kapal jet fibber dari Kota Kendari, setiap harinya terus melayani.

Yang pasti Baubau bukanlah kota kecil yang minim fasilitas. Anda bisa menemui sejumlah hotel dari kelas Melati hingga bintang untuk penginapan Anda. Perbankan juga demikian,t ransaksi keuangan sangatlah mudah sebab hampir semua Bank di Indonesia, telah membuka cabangnya di Bau-Bau. yang pasti Naluri wisata Anda akan terjamah disini.

Walikota Baubau Amirul Tamim mempertegas posisi Baubau sebagai kota wisata unggulan di Indonesia. “saat ini kami tengah membangun jalur wisata Bali-Baubau, sebab pesawatnya sudah connecting flight,” katanya. (hamzah palalloi)
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
comments