Saya tentu ingin mengucapkan maaf sebelumnya, kalau dianggap terlalu mengeksplore sisi feminim seorang pemimpin. Dan, saya juga minta maaf kepada warga Kota Kotamobagu Sulawesi Utara, kalau tulisan ini banyak yang mengapresiasi soal kecantikan dan ada pembaca yang mungkin berpikir dalam sisi yang negatif.
Membahas Kota Kotamobagu yang cantik dalam perjalanan hampir sepekan di wilayah itu (22-27 Mei 2010) itu tiada pernah berhenti. (Baca juga di http://wisata.kompasiana.com/group/jalan-jalan/2010/05/26/kotamobagu-lembah-cantik-itu/ ) apalagi membahas sisi lain dari pemimpinnya. Saya fokus pada sosok Ibu Ir Tatong Bara, seorang ibu, mantan kontraktor yang kini duduk sebagai Wakil Walikota dan sangat setia mendampingi Walikotanya, (Hi Jelantik Mokodompit). Saking setianya, saat pameran APEKSI dalam rangka HUT Kota Kotamobagu-3, saya sempat bersalaman dan mengira ibu yang cantik itu adalah istri Pak Jelantik. Ia berjalan masuk ke stand-stand pameran bagai bidadari dari kayangan, beliau seolah menjadi magnet kepemimpinan Kota Kotamobagu....waduwh..hayalan ini.
Meski berlatar belakang enterprener, Ibu Tatong Bara adalah srikandi Sulawesi Utara dalam lintas politik, ia kini memimpin partai Amanat nasional (PAN) Kota Kotamobagu, dan digadang-gadang sebagai calon Wakil Gubernur Sulawesi Utara. Sayang kepiawaian dan kecerdasan srikandi ini tidak seberuntung karirnya dalam berkeluarga. Beliau ditinggal mati sang Suami beberapa bulan yang lalu, sehingga kini harus hidup menjanda. Lebih miris lagi, Ibu Tatong Bara konon belum memiliki keturunan (maaf kalau, pernyataan ini keliru).
Kesendirian Tatong Bara, memang menjadi perbincangan hangat elit dan masyarakat Kota Kotamobagu, bahkan seorang Gubernur Sinyo Harry Sarundajang sempat bercanda, bila Ibu Tatong ‘harus diperhatikan’. Candaan Sang Gubernur juga disambut candaan Walikota Kotamobagu H. Jelantik Mokodompit dalam acara Rapat Konsultasi Assosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) wilayah Sulawesi Maluku dan Papua yang dipusatkan di kota itu. Kata Sang walikota, “Ibu Jelita kita, pasangan saya dalam memimpin Kota ini, kini hidup sendiri,” ujar Jelantik berfilosofi entah apa maknanya.
Ibu Tatong Bara dari segi usia belum terlalu berumur, kira-kira diatas 45 Tahun, tapi kecantikannya belum memudar, kulitnya yang bening, dan sedikit modis ala selebriti, serta tubuh tinggi dengan raga yang sintal, mengambarkan komelakan Tatong Bara. Beliau seolah, gambaran kemolekan dan kecantikan gadis-gadis khas Sulawesi Utara. Jujur, lelaki normal yang memandang beliau, pasti punya keinginan memiliki pasangan ala Tatong Bara.
Berpikir subjektif tentang kepemimpinan Kota Kotamobagu yang dipegang pasangan Drs H Jelantik Modompit sebagai Walikota dan Ir Tatong Bara sebagai Wakil Walikota atau disingkat JELITA, memang rohnya dari seorang Tatong Bara. Sebab Tatong memang sosok wanita Jelita Khas Kotamobagu. Saya berpikir, kalau sebenarnya kemenangan pasangan JELITA ini banyak ditentukan dengan ‘daya tarik dan pesona’ seorang Tatong Bara.
Hegemoni seorang Ibu Tatong Bara, bukan hanya di Kotamobagu, Ir Tatong Bara rupanya telah terpatri di dalam hati warga Bolaang Mongondow Utara (Bolmut). Buktinya dukungan terhadap Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Kotamobagu untuk maju dalam perhelatan Pilgub terus mengalir dari seantero Bolmut. Seperti diungkap Yunan Tegela. “Tatong Figur yang bersih dari Korupsi dan dikenal Cerdas serta memiliki visi membangun daerah yang jelas” ujarnya.
Bukan hanya itu saja, Tatong juga telah dianggap sebagai keterwakilan warga Bolmong Raya dalam Pemilihan Gubernur tahun ini. “Tatong merupakan representasi Bolmong Raya dan tentunya akan didukung sepenuhnya jika maju dalam Pilgub kali ini” tambahnya. Sementara itu Tatong sendiri menjelaskan jika keinginannya maju dalam perhelatan Pilgub kali ini juga atas permintaan konstituennya. “Jika terpilih nanti akan bekerja maksimal demi kemakmuran masyarakat. “Saat ini saya adalah abdi masyarakat dan akan terus seperti itu” ujarnya sambil merendah.(baca di: http://poskomanado.com/news )
Yang pasti, dari sekian banyak perjalanan ke kota-kota di Indonesia ini, kekaguman itu justru ‘lahir di Kota Kotamobagu’ setelah mengamati seorang Wakil Walikota Kotamobagu, seorang srikandi masa kini, yang tak hanya piawai dalam berpolitik. Tapi beliau juga pesona bagi kaum pria. Apalagi, beliau kini hidup menjanda. Kalau seperti itu, bagaimana opini kita? Saya hanya ingin mengucapkan satu kalimat pada ibu Tatong Bara. “Maafkan Saya Bu, Anda telah menginspirasi saya dalam menulis hari ini”, Mau??.........(***)
Bau-Bau, 29 Mei 2010.
(Yang tersisa dari Kotamobagu)