Dinamika politik dalam internal partai demokrat belakangan ini terus memanas, seolah setara dengan PPP yang kini menggelar Muktamar nasional. Bedanya, PPP sibuk memilih ketua umum, sementara demokrat sibuk melontar jawaban atas ‘nyanyian’ mantan bendahara umum DPP Partai Demokrat M Nazaruddin yang kini masih berada di Singapura.
Nyanyian teranyar dari Nazaruddin, diutarakannya melalui blackberry massenger (bbm) kepada salah satu media online tanah air (baca disini) yang meyebutkan Anas Urbaningrum menerima dana Rp 70 Milyar dari proyek Ambalang senilai Rp 1,2 trilyun. Sementara dari proyek wisma Sea Games, Anas disebut Nazar menerima jatah Rp 7 Milyar. Uang itu kata Nazar digunakan Anas untuk tim pemenangan saat kongres demokrat, termasuk membayar jasa konsultan untuk mempersiapkan dirinya menjadi Capres 2014.
Apakah ini fitnah untuk menjatuhkan reputasi dari seorang tokoh nasional pemuda sekaliber Anas Urbaningrum? Bisa saja terjadi, apalagi posisi Nazaruddin makin terjepit setelah status tersangka yang disandangnya. Bisa jadi Nazaruddin mencari kata ’draw’ di akhir riwayat politiknya, termasuk melibatkan nama Andi Mallarangeng, dan sejumlah nama tenar lainnya.
Rasanya lontaran nyanyian Nazaruddin kepada Anas sulit dipercaya, karena Anas dikenal sebagai tokoh, mantan aktifis yang punya perangai halus, santun dan berbudi baik. Beliau juga punya kemampuan otak yang briliyan. Akumulasi kemampuan personal Anas inilah yang menjadi salah satu pengantar dirinya menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, partai terbesar di tanah air. Karena itu wajar, jika banyak pendapat yang memprediksi bila Anas Urbaningrum, adalah sosok calon pemimpin nasional masa depan.
Bagi saya, Anas Urbaningrum adalah pentolan reformasi dari kaum muda yang telah masuk dalam jejaring kepemimpinan nasional, tinggal menunggu waktu kapan saatnya ia menduduki jabatan Presiden atau Wakil Presiden. Beliau juga piawai dalam merangkul segenap komponen yang berbeda pendapat dengannya, sebut saja ketika harus berhadapan dengan Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie. Andi kala itu mendapat dukungan Ibas Yudhoyono, namun tatkala Anas terpilih, Ibas digandengnya menjadi Sekjen dan Andi ditempatkan sebagai Sekretaris Dewan Pertimbangan Partai. Ini berarti Anas tahu benar, cara menjaga keutuhan partainya, dan berjalan dengan baik hingga kini.
Matematika politik yang dijalankan Anas dalam kepemimpinannya sebagai Ketua Umum, menegaskan bila kaum muda telah mampu menjadi perekat. Sebagai bagian dari kaum muda, tentu kita bangga, bahwasanya kaum muda sudah mampu untuk memimpin bila memang kepercayaan publik itu telah datang.
Bagaimana Jika Bukan Fitnah?
Inilah pertanyaan besar yang menggelisahkan. Bagaimana seandainya jika nyanyian Nazaruddin itu benar adanya. Sulit membayangkannya, sebab dana puluhan milyar itu menjadi ’skak mat’ bagi langkah politik Anas Urbaningrum. Bagaimanapun Nazaruddin adalah mantan Bendahara Umum, yang tentunya banyak mengetahui aliran dana dalam partainya.
Saya pun berpikir kalau saja ini adalah sebuah kebenaran, pantas saja Nazaruddin pernah mengatakan bila dirinya membongkar semua kasus yang terkait dengan dirinya akan menggoyang negara. Bisa saja ini akan menamatkan riwayat politik seorang Anas Urbaningrum dan juga pentolan partai demokrat lainnya. Jujur, saya tak berharap itu, sebab bila ini bukan fitnah, imbasnya juga pada regenerasi kepemimpian nasional yang seharusnya saatnya dipegang kaum muda.
Satu harapan besar dari dinamika politik dan korupsi ini, adalah mendorong KPK dan penegak hukum lainnya untuk menuntaskan kasus ini secara independent, tepat, cepat dan cermat. Bila tidak, akan berdampak pada psikologi anak bangsa dalam menerima tongkat estafet kepemimpinan nasional. Ngeri rasanya....!
Jakarta, 4 Juli 2011