ENTAH apa yang ada dalam pikiran LM Syahrial SH, seorang yang masih belia, tinggal dan menetap di Kota Baubau, Pulau Buton-Sulawesi Tenggara. Tetapi obsesinya tak bisa dipandang remeh. Ia adalah pendiri sebuah lembaga yang ia nama Badan Kehormatan Republik Indonesia (BKRI). Memang sebuah lembaga, tapi alumni sarjana hukum Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau ini memposisikan dirinya sebagai ‘Jenderal Besar’ dengan posisi sebagai Presiden Republik Indonesia. Karenanya ketika ia ‘beradministrasi’ maka ia menuliskan namanya dengan lengkap, Jenderal Besar LM. Syahrial, SH dengan posisi sebagai Presiden RI. (akun FB ada disini)
Syahrial tidak berlagak sendiri. Ia tampak punya jaringan, dan ia membentuk ‘lembaga-lembaga negara’ dengan merekrtu anggota yang terbilang bertitel. “hebat pemuda ini, sebab tak mudah memposisikan diri seperti ini” pikirku setelah membaca sebuah akun facebook tentang lembaga ini.
Sebenarnya ‘BKRI’ ini bukanlah lembaga baru, keberadaannya telah terbaca oleh institusi militer dan sipil di Kota Baubau, bahkan pernah di gerebek langsung oleh Kodim 1413 Buton dipimpin langsung komandannya. Juga sudah diperiksa oleh Badan Kesbang Linmas Kota Baubau. Hasilnya? BKRI pimpinan Syahrial minta dibubarkan, dan Dandim saat itu berkeras dan menyebut Syahrial ‘Jenderal gila’. Habiskah? Ternyata tidak, belakangan ini aktifitas orang-orang BKRI tetap saja berjalan, dan tetap menganggap Syahrial pimpinan mereka. Soal gerebek-menggerebek bukan hanya kali ini, bahkan beberapa tahun silam Syahrial pernah mendekam di penjara, tentu dengan tudingan makar. Tetapi seperti perjuangan mereka telah mendarah daging.
Terlepas ‘cap gila’ atau ‘makar’ atau apapun namanya terhadap BKRI dan Syahrial cs, satu hal yang menurut saya menarik, jika Syahrial adalah sesorang yang punya daya doktrin dan magnitude yang kuat bagi pengikutnya. Ia juga punya keberanian lebih sebagai seorang ‘perongrong’. Atau boleh jadi ini ‘kritik besar’ bagi pemerintah pusat, yang sepertinya ‘membiarkan’ daerah berjalan sendiri, dengan kontrol besar yang diberikan kepada kepala daerah. Atau boleh saja, ini bentuk ketidak puasan orang-orang daerah dengan kondisi bernegara saat ini?
Yang pasti, jauh dari ibukota Jakarta, di jantung Pulau Buton itu telah ada Presiden baru, jaksa agung baru, dan lembaga-lembaga ‘pemerintahan’ lainnya yang dibentuk BKRI. Apakah BKRI adalah negara dalam negara? Entahlah. Tetapi saya menganggap, keberanian Syahrial cs, adalah sebuah ‘perjuangan’ yang menurut saya bentuk ketidak puasan terhadap kondisi bangsa ini. Boleh jadi semangat Syahrial Cs, sama dengan semangat GAM di Aceh, mungkin juga sama dengan semangat RMS di Maluku, atau OPM di Papua. Syahrial mungkin boleh salah, tetapi pilihan untuk menjadi ‘pembesar’ yang dicintai oleh pengikutnya, adalah cara ia untuk membebaskan dirinya dari belenggu ‘derita’ sebagai anak bangsa yang terabaikan.
Lalu apakah kita harus mendukung perjuangan Syahrial dan kawan-kawan? Tentu tidak, tetapi ini kritik untuk bangsa bersar bernama Indonesia ini?
Jakarta, 16 Mei 2013
2 komentar
Maaf anda salah menyebut nama lembaga tersebut itu bukan BKRI tapi Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia (BKhN-RI) dan pengunguman BKhN-RI sekarang sudah menyebar di seluruh lembaga,instansi,TNI dan Polri...menurut anda bagaimana???
Orang gila kau