Ketika masih berdomisili di Kendari, Sulawesi Tenggara Saya pernah terkesiap melihat satu warung makan berlebel ’Bakso Lapangan Tembak’ (BLT). Kupikir itu hanya branding biasa yang kerap dipakai para wirausahawan untuk menciptakan kesan lain dari yang lain. Maklum di sekitar warung BLT Kendari, tidak ada sama sekali aroma ‘lapangan tembak’, yang ada hanya kumpulan ‘pete-pete’ (baca : metromini) yang lalu lalang dan mengeluarkan asap knalpot, seperti layaknya metromini Jakarta yang lusuh dan kotor.
Di Makassar juga begitu. Saya juga menemukan warung BLT di beberapa tempat. Bakso ini sepertinya bersaing dengan branding kuliner Makassar sekelas Coto dan Konro, Sup Saudara dan Ikan Bakarnya serta minuman segar sekelas Pisang Ijo. (Duh nikmatnya...). Bahkan BLT ini ikut bersaing dengan saudara ’kompatriotnya’ asal Makassar pula yakni ’Bakso Mas Daeng’. Bakso yang di produksi asli orang Makassar, namun kerap dipanggil Mas, karena penjaja-nya disangka Orang Jawa. Heheheh...
Di Baubau lain lagi. Di kota yang dikenal sebagai kota pemilik benteng terluas di dunia ini juga terdapat branding BLT. Nah, ini yang namanya mendekati kebenaran, sebab lokasi warung bakso ini, terletak di kawasan terminal antar kota, dimana orang Baubau menyebutnya ’Terminal Lapangan Tembak’, maklum lokasi terminal ini milik TNI dan sebelum difungsikan sebagai terminal, adalah tempat latihan pasukan Yonif 725 Woroagi. Kupikir BLT yang ada di Kendari dan Makassar adalah ’saduran’ dari BLT yang ada di Baubau.
Soal kota Baubau ini sedikit unik. Beberapa nama kawasan di kota yang terletak di Pulau Buton ini, mirip dengan nama kawasan yang ada di Jakarta. Diantaranya, kawasan Blok M, kawasan Tanah Abang dan juga Mangga Dua.. Entah bagaimana asal muasalnya, Saya kurang paham. Yang pasti, Baubau adalah kota Budaya dan kota wisata yang layak dikunjungi. Maklum kota ini pusat warisan kesultanan Buton masa lalu, dan pernah menjadi ibukota Sulawesi Tenggara, sebelum dipindahkan ke Kendari.
Kembali ke soal Bakso Lapangan Tembak alias BLT ini (Maaf yah..ikut pak Beye nyingkat nama dengan SBY), semalam (4/12) Saya menyempatkan diri ke Senayan, sekedar ’gaya-gayaan’ ingin latihan menembak. Di depan tempat ini, terdapat bangunan khas joglo yang ramai dikunjungi para penikmat kuliner. Seorang rekan megajak Saya ikut mencicipi apa yang ada di dalamnya. Nah ini dia asli Bakso Lapangan Tembak itu....
Aromanya Menggigit..
Saya tak mampu membahasakan letupan kata tentang kenikmatan Bakso Lapangan Tembak (BLT) Senayan ini. Maklum orang sekelas Saya yang bukan penikmat bakso, biasanya ’menyamaratakan’ bakso itu hanya kuliner mie, bercampur bulatan ’yoknyang’, bihun plus bumbu-bumbu lainnya. Namun, ketika menikmati BLT Senayan ini, Saya berubah jadi penggila Bakso, kupesan dua mangkok sekaligus...hehehehe ”Ini mujizat” pikirku lalu tergelak.
Ya! Saya benar-benar merasakan sensasi ’berbakso ria’, bulatan bakso-nya yang terasa berserat seolah menggigit lidah. Bumbunya terasa memenuhi ruas-ruas tenggorakanku, plus aroma bumbu yang merasuk ke hati. Memang BLT Senayan ini, lain dari yang lain. Apalagi setelah itu, terus ’mencucinya’ dengan segelas jus segar...pasti sebuah sensasi...wajar kemudian jika pengunjung berbondong ria ke sana.
Tapi bukan itu saja...mungkin kenikmatan Bakso ini bertambah dengan tata ruang khas keraton plus suara gamelan di gerbang depan seperti memberi kata sambutan pada Anda. Pelayannya juga rada sopan dan cukup cantik, khas Jogjakarta...klop dah....Apalagi bukan hanya bakso yang bisa dinikmati di sini. Sejumlah pangan khas Jogja juga ada, dari ayam bakar, goreng hingga beberapa aroma seafood lainnya.
Sebuah Kerajaan
Ternyata bukan hanya Jogja yang bisa jadi kerajaan. Dan bukan hanya Sri Sultan HB-X yang bisa jadi Raja. Pedagang bakso pun bisa, seperti pemilik BLT Senayan ini. Apa yang Saya saksikan di Kendari, Makassar ataupun di Baubau, ternyata bagian dari ’imperium’ BLT Senayan ini.
Dari peta persebaran pemakai Branding BLT Senayan yang terpampang di bagian teras menunjukkan bila bakso ini telah menjelma menjadi sebuah kerajaan kuliner di Indonesia. Saya senang menyebutnya, sebagai Kerajaan Bakso Indonesia, pasalnya hampir semua provinsi ada cabangnya bahkan di beberapa kabupaten kota di Indonesia terdapat Bakso Lapangan Tembak Senayan.
Entah bagaimana mekanisme manajemen BLT ini. Saya kurang tertarik. Saya justru tertarik dengan siapa pendiri BLT ini...Bakso Lapangan Tembak (BLT) didirikan oleh Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono, nama yang dianugerahkan Sultan Hamengkuwono IX tahun 1980-an. Pada tahun 1971.
Widyanto keluar-masuk kampung menjajakan bakso pikulnya. Di siang hari, biasanya ia mengelilingi gang kampung Petamburan, Slipi, Pejompongan dan Gelora Senayan. Dan malam harinya, ia biasa mangkal di kawasan Lapangan Tembak Senayan (kini telah berubah menjadi Hotel Mulia). Hingga akhirnya, di tahun 1982 ia memutuskan mangkal tiap hari di luar pagar kompleks Lapangan Tembak Senayan. Tahun 1983 ia diizinkan memboyong gerobak baksonya ke dalam kompleks, dan sejak itu baksonya dikenal masyarakat dengan sebutan Bakso Lapangan Tembak Senayan.
Saya ingin mengatakan, dengan memberi sesuatu yang terbaik pada orang lain, Anda bisa membuat Kerajaan dan Anda layak jadi Rajanya. Yang pasti Bakso adalah kuliner khas Indonesia yang sudah populer di publik Indonesia. Bahkan seorang Presiden Amerika, Barrack Obama pun tak bisa melupakan ’kegilaannya’ terhadap Bakso.
Bravo Bakso!!....