Sepekan
silam dipenghujung Januari 2013, saya terkesima pada sikap seorang H.
Prabowo Subianto yang memberikan penghormatan dari atas podium selama
kurang lebih semenit pada kader-kader Partai Gerindra setelah ia
mengakhiri pidato politiknya dalam acara syukuran lolosnya partai ini
di Pemilu 2014 dengan nomor urut 6. Penghormatan itu tentu aneh bagi
saya, sebab pada umumnya amat jarang seorang yang berlevel ‘pemimpin’
mau memberikan penghormatan pada ‘bawahannya’ sebagai tanda takzim dan
rasa penghargaan yang tinggi.
Sejenak saya berpikir, mungkin ini
‘basa-basi’ ala Pak Prabowo, agar citranya tetap terpelihara di mata
kader-kadernya. Namun sebuah pengalaman besar bagi saya secara pribadi,
ketika berpapasan dengan calon Presiden RI dan tiba-tiba langsung
memberikan hormatnya dengan sempurna. Seperti penghormatan bawahan pada
atasan di dunia militer. Saya kikuk, grogi dan tentu bercampur
kebanggaan, sembari membalas penghormatan itu dengan sikap membungkukkan
badan. Mungkin saya seorang sipil, jadi lupa memberi penghormatan
balasan serupa. Sebab tak menyangka jika Pak Prabowo bersikap seperti
itu. Apalagi diikuti dengan tegur sapa menyebut nama saya, “Apa kabar
Hamzah, sukses ya?” kata Pak Prabowo singkat yang membuat angan-angan
saya seolah melambung menembus cerahnya siang itu di angkasa Jakarta.
Sebagai
seorang anak daerah yang terlahir dari keluarga sederhana dan tak
memiliki pangkat sosial di masyarakat, penghormatan yang diberikan Pak
Prabowo bagi saya terasa seperti sebuah pesan penting. Pesan yang
memiliki makna cinta untuk seluruh anak bangsa. Pesan bahwa seseorang
yang memiliki level sosial tinggi bukan batas pemisah untuk menghargai
yang lebih rendah, dan pesan bahwa setiap anak manusia memiliki posisi
yang sama di mata Pencipta-Nya. Atas sikap santun Pak Prabowo ini,
mengajarkan makna besar bagi saya dan mungkin orang banyak di negeri
ini, bahwa alangkah indahnya Indonesia, jika dipimpin oleh orang-orang
yang memiliki sikap ingin menghargai semua orang, melupakan perbedaan
sosial dan selalu rukun dalam keragaman.
Lalu apakah ini
‘lagi-lagi’ gaya Pak Prabowo untuk mendapatkan citra baik sebagai calon
Presiden RI di 2014? Instuisi ini terbantahkan dengan jawaban Pak
Prabowo sendiri dalam pidatonya, “Menjadi kebiasaan saya secara pribadi
sejak masih aktif di militer, memberikan rasa hormat dan takzim pada
segenap kawan-kawan saya, apalagi jika anggota saya sukses mengemban
tugas yang dibebankan oleh negara, maka saya berkewajiban memberi
penghormatan,” ungkapnya tegas.
Soal pencitraan diri, Pak Prabowo
dengan tegas jika ia tak ingin dipersepsikan sebagai tokoh yang besar
karena pencitraan. Baginya pencitraan itu sesuatu yang semu karena tidak
lahir dari karakter asli yang bersangkutan, diatur-atur dan mengikuti
skenario tertentu seperti jalannya sebuah film atau drama. “Saya tak
ingin hidup seperti seorang aktor dalam film, yang hidupnya diatur
skenario dan sutradara”. Pernyataan itu juga merembet dalam pandangannya
terhadap keberadaan Partai Gerindra, yang menginginkan agar partai ini
tumbuh dan besar sebagai partai yang tidak mengandalkan pencitraan
semua. “Tidak masalah Partai Gerindra kecil, yang penting menjadi partai
yang bersih dan bermanfaat untuk rakyat Indonesia,” katanya.
Bagi
saya ini sebuah fenomena, jika Pak Prabowo menginginkan apa yang
dipimpinnya selalu bermaslahat bagi kepentingan orang banyak. Tetapi Pak
Prabowo juga sadar, jika harapan selalu diikuti dengan pengorbanan.
Seperti yang ia tuturkan bahwa “semakin besar harapan seseorang, semakin
besar pula pengorbanannya”. Sebuah kalimat yang sarat makna yang dapat
menjadi acuan bagi siapa saja mahluk di dunia ini.
Satu hal yang
selalu terekam dalam ingatan saya pada sosok putra begawan ekonomi ini
adalah sikapnya yang selalu menghargai keragaman, tidak terkoptasi pada
satu kelompok dan corak sosial di masyarakat. Pak Prabowo berkata,
“Indonesia akan indah dan besar jika terbangun dalam semangat yang
bersatu dalam keberagaman, mencintai dan saling mengayomi antara satu
dengan yang lainnya, sebab Indonesia adalah bangsa yang Bhinneka Tunggal
Ika,” ucapnya..
**