SUNGGUH menyenangkan membaca twitter Presiden SBY terkait kekerasan yang dilakukan geng motor atas dua pekerja media di Makassar-Sulsel, Harun dan Endi yang terjadi Jumat sore kemarin (10/5). Presiden melalui akun @SBYudhoyono menuliskan “Kekerasan geng motor thdp jurnalis di Makassar, Endi & Harun, sungguh meresahkan. Saya percaya Polri mampu menuntaskan kasus ini. *SBY*. Tentu ini merupakan sebuah kepedulian dari seorang pemimpin negara kepada warganya, apapun profesi warga itu. Sebab di beberapa daerah kekerasan ‘menjadi-jadi’ dan seolah menjadikan bangsa ini sebagai bangsa ‘bar-bar’.
Apalagi hampir dalam waktu bersamaan di hari Jumat, di Kendari terjadi penikaman dari orang yang belum diketahui identitasnya terhadap seorang aktifis LSM, Ridwan Ade, yang menyebabkan ia merenggang nyawa. Miris mendengarnya! Sebab hal-hal seperti ini bisa saja terjadi pada siapapun. Runtutan peristiwa kekerasan yang terjadi hampir setiap hari di negeri ini, sepertinya memberi sinyal, jika bangsa ini benar-benar masuk ke ranah ‘bar-bar’. Lalu siapa yang disalahkan? Apakah memang hukum negeri ini tak lagi ditakuti? Apakah regulasi berdemokrasi di negeri kita tak lagi menghormati ‘keamanan’ orang perorang di negeri ini? Ataukah memang rakyat bangsa ini sudah tak lagi memiliki rasa saling menghormati? Ataukah nyawa manusia tak lagi berharga?
Serentetan pertanyaan itu muncul, sebagai sebuah bentuk ketidaknyamanan atas peristiwa-peristiwa kriminalitas di negeri ini. Rasa-rasanya, mereka-mereka yang ‘bermain’ di ranah kritis selalu saja terancam nyawanya. Bahkan kekerasan tak hanya terjadi di area ini. Di dunia politik, di dunia pendidikan, di tempat hiburan, di jalan raya, atau dimana saja kekerasan seolah berlangsung begitu saja. Seolah-olah, kita semua akan berkata “dikerasi, mati, di makamkan, pelaku masuk penjara. Selesai!” apakah kita harus berproses terus menerus dalam dinamika itu? Tentu kita tidak berharap seperti itu. Rasa-rasanya hidup tenteram menjadi sesuatu yang mahal di negeri ini. Gemah ripah loh jinawi, nggak ada lagi!
Harapan besar Pak Presiden yang diungkapnya melalui twitter tentang kekerasan jurnalis di Makassar (sepertinya) multi tafsir. Apakah ini perintah kepada Polri? Ataukah sekedar ‘obat telinga’ pak presiden untuk menghibur warganya. Masih tanda tanya? Rakyat Indonesia akan bangga, jika sisa kepemimpinan Pak Presiden di arahkan untuk memberi jaminan keamanan kepada segenap warganya dalam beraktifitas. Apalagi tensi berpolitik di Tanah Air jelang Pemilu 2014 semakin meninggi. Boleh jadi ini juga jadi ajang ‘bar-bar’ antar anak bangsa. Semoga saja itu tidak terjadi, dan bangsa ini tetap aman sentosa. Bekerjalah pak Presiden! Kami sangat berharap.
Jakarta Pagi Hari, 11 Mei 2013
-----------------------
Baca juga tulisan berikut ini:
- Wafatnya Sang Guru Bissu
Apalagi hampir dalam waktu bersamaan di hari Jumat, di Kendari terjadi penikaman dari orang yang belum diketahui identitasnya terhadap seorang aktifis LSM, Ridwan Ade, yang menyebabkan ia merenggang nyawa. Miris mendengarnya! Sebab hal-hal seperti ini bisa saja terjadi pada siapapun. Runtutan peristiwa kekerasan yang terjadi hampir setiap hari di negeri ini, sepertinya memberi sinyal, jika bangsa ini benar-benar masuk ke ranah ‘bar-bar’. Lalu siapa yang disalahkan? Apakah memang hukum negeri ini tak lagi ditakuti? Apakah regulasi berdemokrasi di negeri kita tak lagi menghormati ‘keamanan’ orang perorang di negeri ini? Ataukah memang rakyat bangsa ini sudah tak lagi memiliki rasa saling menghormati? Ataukah nyawa manusia tak lagi berharga?
Serentetan pertanyaan itu muncul, sebagai sebuah bentuk ketidaknyamanan atas peristiwa-peristiwa kriminalitas di negeri ini. Rasa-rasanya, mereka-mereka yang ‘bermain’ di ranah kritis selalu saja terancam nyawanya. Bahkan kekerasan tak hanya terjadi di area ini. Di dunia politik, di dunia pendidikan, di tempat hiburan, di jalan raya, atau dimana saja kekerasan seolah berlangsung begitu saja. Seolah-olah, kita semua akan berkata “dikerasi, mati, di makamkan, pelaku masuk penjara. Selesai!” apakah kita harus berproses terus menerus dalam dinamika itu? Tentu kita tidak berharap seperti itu. Rasa-rasanya hidup tenteram menjadi sesuatu yang mahal di negeri ini. Gemah ripah loh jinawi, nggak ada lagi!
Harapan besar Pak Presiden yang diungkapnya melalui twitter tentang kekerasan jurnalis di Makassar (sepertinya) multi tafsir. Apakah ini perintah kepada Polri? Ataukah sekedar ‘obat telinga’ pak presiden untuk menghibur warganya. Masih tanda tanya? Rakyat Indonesia akan bangga, jika sisa kepemimpinan Pak Presiden di arahkan untuk memberi jaminan keamanan kepada segenap warganya dalam beraktifitas. Apalagi tensi berpolitik di Tanah Air jelang Pemilu 2014 semakin meninggi. Boleh jadi ini juga jadi ajang ‘bar-bar’ antar anak bangsa. Semoga saja itu tidak terjadi, dan bangsa ini tetap aman sentosa. Bekerjalah pak Presiden! Kami sangat berharap.
Jakarta Pagi Hari, 11 Mei 2013
-----------------------
Baca juga tulisan berikut ini:
- Wafatnya Sang Guru Bissu