Editor : Hamzah Palalloi
Pengantar : 1. Prof. Dr. Burhan Bungin, M.Si, (2). Prof. Dr. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil.
Testimoni : Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si
Sambutan : Drs. H. Mz. Amirul Tamim, M.Si (Walikota Baubau)
Volume : xxxiv, 154 hal. 15x21 cm
ISBN : 978-602-99248-0-0, Cetakan Pertama Mei 2011
-------------------------------------------------------------------------------------------
Berbekal sugesti rekan-rekan kompasianer yang terlebih dulu menerbitkan buku, kali ini Kami luncurkan buku bernuansa sejarah, berjudul ‘Kota Baubau, Sejarah dan Perjalanannya’, yang di sponsori oleh Badan Kominfo dan Pengolahan Data Kota Baubau. Buku ini sajiannya terbilang sangat sederhana, dengan bahasa yang mudah di mengerti pembaca. Sayangnya buku ini sangat terbatas edisi penerbitannya, yakni 600 buah dan langsung di pesan Pemkot Baubau, sehingga sulit ditemukan di gerai-gerai serta outlet-outlet yang tersebar di tanah air.
Kota Baubau, Sejarah dan Perjalanannya |
Terlepas dari hal itu, buku bersampul coklat dengan nuansa masa lalu ini, hanya mengangkat cerita seputar Kota Baubau dan kelahirannya, yang setahun lalu ‘ditetapkan’ lahir pada 17 Oktober 1541. proses penetapan hari jadi ini tentu sangat dinamik dengan beragam pemikiran. 17 Oktober diambil dari lahirnya Kota Baubau sebagai daerah otonom di Indonesia pada 17 Oktober 2001. Sementara penetapan tahun 1541, mengambil momentum proses ‘transformasi’ kerajaan Buton menjadi Kesultanan Buton, dimana saat itu Raja ke-6 Buton Lakilaponto, dilantik menjadi ‘Sultan Pertama’ dengan nama Sultan Murhum Khalifatul Khamis pada 1 Ramadhan 948 H atau 19 Desember 1541 M.
Kota Baubau sendiri, adalah sebuah kota tua di Pulau Buton Sulawesi Tenggara, yang belakangan ini dikenal memiliki Benteng Keraton Buton yang oleh MURI memberinya anugrah sebagai benteng terluas di dunia. Dalam perjalanannya, Kota Baubau banyak memerankan diri dalam posisinya sebagai ibukota kerajaan dan kesultanan (dulu bernama Wolio) kemudian menjadi ibukota afdeling, onderafdeling, ibukota kabupaten, hingga menjadi daerah otonom setingkat Kota.
Pastinya, buku ini terbit dari inspirasi rekan-rekan kompasianer yang telah lebih duu menerbitkan buku. “Menulis adalah tabungan” itu kata yang kuingat dari Yusran Darmawan, seorang kompasianer yang banyak memberi saran dalam penerbitan buku ini. Akhirnya kuucapkan terima kasih dari semua Kompasianer yang begitu rajin menghiasi ‘alam raya’ Indonesia ini dan memberiku inspirasi menyusun buku ini…Salam…
Jakarta, 20 Mei 2011