Bahagia.
Satu kata yang layak saya catat dalam pekan-pekan penghujung tahun 2011
ini, yang menggambarkan isi hati segenap ‘anak-anak ideologi’ Prabowo
Subianto. Itu kesimpulan sementara saya terhadap kawan-kawan yang
bergabung di Gardu Prabowo. Sebuah organisasi massa yang kini tengah
mengembangkan sayapnya dari tingkat nasional hingga level terbawah,
RW/RT se Indonesia. Ya! Saya menyebut seperti itu, karena mereka hanya
dekat secara ideologi ketimbang mengenal Pak Prabowo secara pribadi.
Mereka sepertinya jauh lebih mengenal pikiran dan gagasan Pak Prabowo
meski hanya lewat sebuah perjuangan yang mungkin Pak Prabowo sendiri
juga tak terlalu banyak tahu seperti apa perjuangan mereka.
Pastinya,
apa yang diperjuangkan ‘anak-anak ideologi’ itu menggambarkan jika Pak
Prabowo tidak sendiri dalam menapaki jalan panjang menuju suksesi
kepemimpinan nasional 2014 mendatang. Dan mereka juga yakin, bahwa hal
seperti ini tidak sekedar dilakukan oleh mereka saja, tetapi jutaan
orang di Indonesia mungkin ikut berjuang bersama ideology Pak Prabowo,
memberinya jalan panjang menuju kursi Presiden RI 2014 mendatang. Baik
itu di level Partai Gerindra, maupun sayap-sayap dan ormas partai ini,
bahkan boleh jadi orang per orang atau kelompok-kelompok masyarakat,
yang secara simultan tumbuh begitu saja, tanpa terdeteksi oleh
orang-orang dekat Pak Prabowo.
Saya
tak bisa mengurai detail tentang ‘kebahagiaan’ itu. Saya hanya
merasakannya lewat diskusi bersama, makan bersama, hingga menyusuri
jalan-jalan ibukota sekedar mengabarkan kepada banyak orang tentang
siapa Prabowo Subianto dan bagaimana Bangsa Indonesia ketika berada
dalam kepemimpinannya. Bahagia, karena mereka bisa berkumpul tanpa
mengenal adanya perbedaan, apalagi pamrih dari seorang Prabowo Subianto.
Saya hanya ingat kalimat dari mantan ajudan Pak Prabowo saat di
militer, Asaldin Gea, yang kini berposisi sebagai Ketua OKK Dewan
Pimpinan Nasional Gardu Prabowo. “Tujuan jangka pendek kita adalah
bersama-sama dengan segenap elemen pendukung Pak Prabowo lainnya
mengantarkan beliau menjadi Presiden RI. Dan kita mengawalnya hingga
proses kepemipinanannya mendatang. Insya Allah. Semoga cita-cita ini
tercapai,” ujar Bang Gea, panggilan akrab Asaldin Gea.
Saya
sendiri ikut larut dalam kebahagiaan itu. Padahal sebenarnya saya
hanyalah mahasiswa biasa yang ditugas-belajarkan oleh Pemda di Jakarta.
Tak lebih dari itu. Tetapi sepertinya saya menemukan dinamika dan warna
tersendiri, bagaimana menjadi ‘anak-anak ideologi’ Pak Prabowo.
Terkadang karena kebahagiaan itu membuat saya lupa dengan tugas utama
dan cita-cita saya selama hidup di Kota Jakarta. Rasanya ingin
berlama-lama. Rasanya ingin terus hidup dalam misteri ketokohan Pak
Prabowo.
Ternyata
kebahagiaan itu juga dirasakan oleh kawan-kawan lainnya. Saya
mencermatinya dalam beberapa alur pikir beberapa rekan semalam, saat
melakukan perjalanan dari Jakarta ke Depok, pergi-pulang di malam hari..
Seorang Andy Ahmad Yusuf (Sekjen DPN Gardu Prabowo) baru menerima SMS
dari istrinya jika anak bayinya lagi demam, tapi sebuah ketulusan
perjuangan kepada figure Prabowo Subianto, SMS itu diabaikannya meski
ada guratan ‘berat’ untuk melanjutkan perjalanan itu.
Saya
juga menangkap kebahagiaan itu pada Ibu Annie Salim, ia rela ‘memotong’
waktu bersama keluarganya, bergabung dengan kawan-kawan lainnya, bahkan
semalam menjadi driver sepanjang perjalanan tanpa terlihat keletihan.
Saya melihat ada ketangguhan pada pribadi ibu muda ini. Tangguh dalam
sebuah cita-cita bersama Pak Prabowo mewujudkan perubahan di negara ini.
Saya juga menangkap semangat besar dari seorang ibu paruh baya bernama
Elly Susiati, yang dipermak menjadi Srikandi Prabowo di level nasional.
Saya menangkap semangat mudanya bangkit kembali, meski dalam sepekan
beberapa kali rela bolak-balik Jakarta-Depok. Padahal di rumah, urusan
suami dan anak-anak tentu tak kalah penting sebagai seorang ibu rumah
tangga.
Saya
juga melihat ini pada kawan-kawan lainnya. Pak Petrus Sunyoto, Bang
Jack (Zakariah), Joe W.Rumagit, Rendy, Andi Irwandi, Mas Wied, Novi
Effendi, Bobbi, bahkan seorang Paranormal asal Depok yang kami panggil
Ki Agung juga hampir tiap harinya sepulang kerja meluangkan waktunya
berkumpul di posko Gardu, berdiskusi dan bekerja lapangan menyampaikan
pesan-pesan politik Pak Prabowo di masyarakat. Kadang saya bertanya
dalam hati, sebegitu kuatkah pengaruh ideology seorang Prabowo Subianto,
sampai mereka harus punya waktu ekstra untuk seorang Prabowo Subianto?
Padahal bicara keseharian, semuanya bekerja padu setelah mendapat arahan
dari Bang Asaldin Gea.
Sebagai
penggiat komunikasi politik, saya percaya jika ‘tontonan’ yang saya
peroleh dari kawan-kawan ini adalah feeling jika Pak Prabowo sepertinya
memang telah ditakdirkan oleh Sang Pencipta sebagai pemimpin di republik
ini di masa mendatang. Sebab tak banyak orang yang bisa menggerakan
orang lain, hanya dengan sebuah bayang-bayang ideologi. Hanya dengan
sebuah idealisme dari keinginan untuk bangkit bersama dengan cita-cita
luhur. Indonesia sejahtera bersama Prabowo Subianto.
Selamat berjuang kawan
Jutaan Rakyat Indonesia berbuat hal sama seperti Anda
Jangan pernah takut pada sebuah keyakinan,
Jika Pak Prabowo bersama rakyat, bangsa menjadi lebih bermartabat.
Yakinlah, jika usaha Anda sampai di tujuan
Jutaan Rakyat Indonesia berbuat hal sama seperti Anda
Jangan pernah takut pada sebuah keyakinan,
Jika Pak Prabowo bersama rakyat, bangsa menjadi lebih bermartabat.
Yakinlah, jika usaha Anda sampai di tujuan