Karena
kesibukan aktivitas kampus, seminggu ini saya tidak sempat menulis soal
Pak Prabowo, tetapi dibalik ‘kevakuman’ itu saya cukup banyak
memperoleh informasi penting tentang beliau. Apalagi Pak Prabowo sudah
tampil di TV dengan iklan-iklan “Idul Adha”, publik pasti menonton lalu
membahasnya. Satu hal yang menarik bagi saya, adalah pernyataan sejumlah
aktivis kampus yang menyebutkan bahwa “secara politik, SBY untungkan
Pak Prabowo”. Lho. Kok bisa??
Jawabannya
sederhana. Ketidaktegasan, sikap keragu-raguan dalam setiap pengambilan
keputusan penting dari Presiden SBY memicu khalayak untuk ‘memvonis’
Pak SBY sebagai Presiden yang gagal menjalankan tugasnya. Karenanya,
khalayak pasti mengarahkan pikirannya untuk mencari figur presiden yang
tegas dan berani dalam mengambil keputusan. Berbicara soal figure ini,
khalayak juga akan mengarahkan pikirannya, bahwa figur yang ‘cocok
adalah figur yang punya pengalaman di bidang militer. Nah, soal siapa
figur militer ini, maka khalayak akan berfikir ke sosok Prabowo
Subianto. Sosok yang sudah tegas menyatakan kesiapannya menjadi Presiden
RI.
Olehnya,
banyak yang berpendapat, jika selayaknya kekritisan Partai Gerindra
kepada pemerintah tidak diarahkan pada upaya ‘pegucilan’ figur Pak SBY.
Apalagi menjelek-jelekkan figur SBY dan partainya melalui isu-isu
strategis di media massa. Jika itu terjadi, maka pihak lain juga akan
mengambil keuntungan dengan sikap ‘kekritisan’ itu sendiri. Sebab
karakter berpolitik orang Indonesia hari ini, lebih mudah simpati pada
siapa figur yang dikucilkan secara terus menerus. Yang penting
dilakukan, adalah Pak Prabowo dan Gerindra terus mengasah
program-programnya dengan mencari apa yang sebenarnya di inginkan Rakyat
Indonesia.
Sebuah
situs yang baik, adalah situs yang menawarkan informasi tentang
program, visi misi, dan bagaimana memandang bangsa ini kedepan.
Selebihnya situs ke-partaian di upayakan semaksimal mungkin untuk tidak
memasukkan informasi yang melemahkan pihak lainnya, atau
membanding-bandingkan dengan kelemahan partai lainnya. Memang, Partai
Gerindra bukanlah ‘koalisi’dari pemerintahan hari ini, tetapi juga tidak
menempatkan diri sebagai oposan mutlak. Karenanya, perlu langkah
stragis dan cara yang lebih bijak untuk meraup dukungan.
Meski
kenyataan membuktikan bahwa Pak Prabowo mendapat survey tertinggi
sebagai Capres terkuat di Indonesia belakangan ini, tetapi amatan
objektif sejumlah elit menyebutkan, bahwa popularitas dan elektabilitas
Pak Prabowo juga sangat dipengaruhi oleh posisi Pak SBY yang sebentar
lagi memasuki ‘periode decisive’, sementara figur senior lainnya seperti
Megawati, Amin Rais, Jusuf kalla, Din Samsuddin, dsb memasuki masa
‘lengser keprabon’. Ini dapat diartikan, bahwa kepopuleran Pak Prabowo
amat ‘kondisional’. Padahal yang harus diciptakan bahwa figure Pak
Prabowo adalah figure yang memang dibutuhkan untuk kejayaan Indonesia
Raya.
Mungkin
ini kajian yang amat sederhana dan dangkal. Tapi ada baiknya Pak
Prabowo dan kader partai Gerindra mengindahkannya. Meski hanya sekedar
bacaan biasa.
**