Pagi di hari Rabu, 15 Pebruari 2012 ini saya tersenyum cerah membaca headline
Harian Kompas yang bertajuk ‘Indonesia Butuh Pemimpin Visioner’. Senyum
yang tentu mengandung makna interaksi simbolik bila koran terbaik di
republik ini mulai ‘memberanikan’ diri menawarkan sejumlah prasyarat
seseorang untuk menjadi pemimpin Indonesia masa depan. Tersenyum karena
semua syarat yang diajukan oleh sejumlah pakar mendekat pada karakter
dan figur H. Prabowo Subianto.
Asumsi kedekatan ini terbaca pada angel
berita dengan petikan “Bangsa Indonesia membutuhkan seorang yang
berkarakter negarawan dan visioner untuk memimpin bangsa ke depan. Sosok
itu siap mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompok, berani ambil
resiko, serta mau bekerja nyata untuk memajukan dan menyejahterakan
kehidupan bangsa”
Kesimpulan
penegasan ini diungkap Kompas berdasarkan hasil diskusi politik dari
sejumlah tokoh diantaranya Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii
Maarif, yang menyebutkan bahwa Indonesia masih punya tokoh dengan
karakter negarawan yang siap meleburkan seluruh kediriannya untuk
kepentingan bangsa dan negara di atas landasan kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Salah
satu kepentingan utama bangsa Indonesia kata Pak Syafii adalah
bagaimana mengembalikan kedaulatan bangsa pada pemiliknya, yaitu rakyat
Indonesia. “Pihak asing boleh mencari hidup di sini, tetapi harus se
izin pemiliknya dengan syarat saling menguntungkan. Bukan untuk
mengeksploitasi kekayaan bangsa Indonesia melalui agen-agen domestiknya
yang tak hirau dengan masa depan Indonesia, katanya.
Hal
lain diungkap Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi
Azra yang mengajukan syarat bila figure pemimpin Indonesia harus mampu
merealisasikan gagasan-gagasannya, mampu mengakomodasi dan kompromi
serta taat sama memiliki ketegasan. Lain lagi dengan Wakil Ketua MPR
Lukman Hakim Syaifuddin,. memberi syarat bahwa pemimpin itu harus
menumpahkan seluruh energinya untuk mengabdi pada bangsa dan Negara,
memahami kelemahan dan keunggulan Indonesia, dan percaya diri memajukan
Indonesia.
Direktur
Reform Institut, Yudi Latif justru menekankan bahwa pemimpin harus
bermoral Pancasila dan UUD 945 sebagai falsafah konstitusi bangsa,
menghayati tujuan bernegara, mengedepankan kepentingan nasional, bukan
penghamba kepentingan golongan atau pribadi.
Misi dan Semangat dari Hambalang
Waktu berjumpa dengan Pak Prabowo beberapa waktu lalu di kediamannya di
Bukit Hambalang Bogor, beliau dihadapan sejumlah doctoral muda dari
berbagai perguruan tinggi mengemukakan ketegasannya bila dirinya siap
menjadi pemimpin bangsa yang mencurahkan segala kekuatan dan apa yang
dimilikinya buat Indonesia. Pak Prabowo mengaku amat tahu dengan
kekuatan bangsanya yang disebutnya sebagai ‘national wealth’. Beliau
menyebutkan banyak sekali kekayaan negara yang ‘terbang’ ke luar negeri.
Karenanya, jika dirinya dipercaya rakyat Indonesia, maka kekayaan
negara yang ke luar itu harus dapat dicegah untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat Indonesia.
“Saya
tidak anti kapitalis, saya suka jika banyak orang kaya di negeri ini.
Yang saya tidak mau adalah, jika kekayan Indonesia terus menerus ke luar
negeri, sementara petani dan nelayan kita serta segenap rakyat
Indonesia masih hidup dalam suasana kemiskinan. Orang boleh membangun
mall dan hotel dimana-mana, tetapi yang membangun itu harus menggunakan
uangnya sendiri. Bukan uang rakyat dengan menggunakan pinjaman kredit di
bank, sementara ketika rakyat mengajukan kredit ke bank, sulit untuk
mendapatkannya. Saya tak ingin seperti itu? Semua rakyat Indonesia harus
mendapatkan layanan yang sama dan memadai,” tegas pak Prabowo.
Intinya,
kata Pak Prabowo, bangsa Indonesia harus berdaulat sendiri degan
kekuatan bagsanya. Ia juga berkomitmen untuk megembalikan kejayaan
negara, sesuai falsafah Pancasila dan UUD 1945. “Ekonomi kita adalah
ekonomi kerakyatan, sesuai falsafah Pancasila dan UUD 1945. saya sejak
dulu berkomitmen dengan ekonomi kerakyatan di saat orang berfikir untuk
menjadi ekonomi liberal. Tapi kini sudah banyak yang diam-diam
mengkampanyekan ekonomi kerakyatan itu, meski terkesan malu-malu,” kata
Pak Prabowo terkesan bercanda.
-----------------------------
Antara visi Pak Prabowo dan headline Kompas hari ini, penulis
berpendapat jika tampaknya kesan menegaskan sosok Pak Prabowo sebagai
pemimpin masa depan kian mendekati kenyataan. Tak ada salahnya jika
saatnya Kompas membedah pikiran-pikiran Pak Prabowo Subianto. Sebab Pak
Prabowo bukanlah figure yang tertutup. Ia bisa berdiskusi ‘berjam-jam’
lamanya. Ia juga figur yang sangat terbuka dengan berbagai masukan. Ia
‘manusia Indonesia asli’ yang tidak diragukan nasionalismenya.
Semangatnya terus membara untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang
berjaya dan berdaulat.
Pak
Prabowo bukanlah ‘macan’ yang buas menggigit, tapi dirinya bertekad
menjadikan bangsanya sebagai ‘macan Asia’. ia tahu apa yang harus
dilakukan pada bangsanya, dan dengan ketegasannya ia berkata, “Hidup
saya untuk bangsa dan negara saya”.
**