Saya
amat meyakini kekuatan sebuah filosofi dan makna dari sebait ‘kata’,
meski dalam kajian yang amat sederhana. Sama ketika saya memaknai kata
‘Gerindra’ tidak sekedar sebagai partai politik, tetapi juga sebagai
sebuah gerakan. Inilah yang mungkin melatar belakangi mengapa Pak
Prabowo ketika mendirikan partai ini lebih menyukai menggunakan sebutan
‘gerakan’ ketimbang kata lain, seperti banyak digunakan oleh partai
politik di negeri ini, dan saya meyakini ini juga telah dipahami oleh
seluruh kader-kader Partai Gerindra.
Subjektifitas
saya berpendapat jika kepopuleran Pak Prabowo sebagai ‘the next
president’ karena beliau mampu menterjemahkan alam pikir masyarakat
Indonesia yang lebih menyukai ‘gerakan’ ketimbang slogan, lebih menyukai
langkah nyata ketimbang alam maya, lebih menyukai kinerja ketimbang
diskusi warung kopi. Makanya kemudian, mengapa (mungkin) Pak Prabowo
terus menggaungkan jargon-jargon kemakmuran, keadilan dan kejayaan akan
masa depan Bangsa Indonesia, tentu karena semua itu baru bisa diperoleh
melalui sebuah ‘gerakan’ yang disebutnya Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra) yang diharapkan melibatkan kekuatan-kekuatan semua elemen
bangsa.
Pertanyaannya,
apakah Gerindra sebagai partai politik benar-benar telah menjadi
‘gerakan’? Maaf, bagi saya makna sederhana dari sebuah kata ‘gerakan’
yakni ‘bergerak’. Dalam arti yang cukup luas ‘bergerak’ bisa
dianalogikan sebagai ‘tindakan nyata yang secara sadar dilakukan untuk
melaksanakan sesuatu, dengan cara berpindah tempat, untuk mendapatkan
hasil tertentu’. Lebih sederhana, saya mengapologikannya dalam sebuah
defenisi bila ‘gerakan’ pada sebuah organisasi adalah upaya nyata untuk
mempengaruhi orang, organ, dan atau kelompok yang lebih besar untuk
berbuat sesuatu, dan hasilnya akan kembali mempengaruhi siapa yang
memulainya. Atau dengan kata lain ‘gerakan’ adalah sebuah proses sebab
akibat.
Defenisi-defenisi
sederhana inilah yang banyak di praktekkan oleh sejumlah partai politik
di negeri ini dalam merebut simpati rakyat, meski dalam kerangka yang
berbeda-beda, tergantung dari visi dan misi partai itu sendiri. Partai
yang rajin bergerak inilah, yang tentunya menuai hasil yang memuaskan.
Saya mencontohkan, bagaimana sebuah partai berbasis agama di awal
kelahirannya ‘lebih suka’ turun ke jalan dengan aksi damai dan
melibatkan ribuan orang tanpa ‘ribut-ribut’ untuk menyuarakan aksinya.
Hasilnya, partai ini mampu merebut suara yang signifikan dan menempatkan
diri sebagai salah satu partai besar di Indonesia. Tetapi kemudian,
setelah partai ini berubah nama dan sibuk berwacana, serta telah
‘terlibat’ dalam hegemoni kekuasaan, dan seolah lupa dengan gerakan
awalnya, popularitasnya semakin menurun.
Ini
juga berarti, jika Partai Gerindra konsisten dengan paradigma
‘gerakannya’, maka yakinlah bahwa partai ini akan tampil sebagai salah
satu partai besar di Tanah Air. Gerakan tidak sekedar diartikan sebuah
langkah dan terobosan besar. Sebab ini akan ‘mengkerangkeng’ partai
dalam berpikir mencari dana yang besar untuk mewujudkan terobosan besar
itu. Bagi saya, Partai Gerindra bisa melakukannya dengan hal-hal
sederhana dan aplikatif di masyarakat. Misalnya; ‘Gerakan Sabtu Bersih
bersama Gerindra’ dimana bentuk nyatanya kader-kader Gerindra pada hari
Sabtu bergerak bersama masyarakat melakukan gotong royong untuk
membersihkan lingkungan tertentu, dan lain-lain sebagainya. Ini mungkin
telah dilaksanakan partai Gerindra, tetapi konsistensi waktu,
konsistensi kekompakan, dan menjadi gerakan menyeluruh dari jenjang
pusat hingga ranting yang perlu di evaluasi, jangan sampai masyarakat
menilainya sebagai sesuatu yang temporer, dan hanya menjadi wahana
promosi partai belaka. Tentu cukup banyak varian yang bisa dilakukan,
dan saya yakin pemikir partai ini telah merumuskannya jauh lebih baik,
lebih terorganisir, dan lebih aplikatif serta tidak sesederhana dengan
apa yang sayasebutkan tadi.
Bagi
saya, keperhasilan Partai Gerindra untuk menjadi pemenang pada Pemilu
ke depan, sangat ditentukan oleh konsistensi partai ini pada gerakan
aplikatifnya. Sebab tetes air sekalipun dapat memecahkan batu yang keras
jika terus menetes tanpa henti. Fenomena inilah yang diinginkan public
Indonesia saat ini. Apalagi Partai Gerindra punya magnet yang kuat di
benak masyarakat Indonesia, yakni Pak Prabowo Subianto, yang seolah
menjadi garansi kekuatan dan kekonsistenan partai ini. saya hanya ingin
mengatakan, tanpa tokoh besar pun, Partai Gerindra mampu eksis, jika
tetap konsisten memaknai ‘Gerakan’ itu sebagai sesuatu yang ‘bergerak’.
Selamat bekerja Indonesiaku!