Siapa
bilang Pak Prabowo ‘sudah dingin’ karena tak duduk di pemerintahan?
Mungkin itu jawaban yang ada dibenak sebagian rakyat Indonesia pendukung
Pak Prabowo Subianto atas ‘kritikan manis’ seorang Ramadhan Pohan,
Wasekjen Partai Demokrat.. Tentu respon itu langsung terbalas, karena
‘diri Prabowo’ bukanlah ‘diri Ramadhan’. Apa yang dirasakan Pak Ramadhan
belum tentu dirasakan Pak Prabowo. Yang pasti, ungkapan Pak Ramadhan
perlu dianggap sebagai ‘pemantik semangat’ rakyat Indonesia untuk lebih
mencintai Pak Prabowo. Terlepas dari penilaian subjektif bila kritikan
itu salah satu jalan menjatuhkan ‘reputasi’ Pak Prabowo sebagai kandidat
terkuat Presiden RI 2014 mendatang..
Respon
Pak Ramadhan yang ‘menilai’ Pak Prabowo, bagi saya adalah sebuah bentuk
‘effek’ dari ‘stimulus’ hasil survey yang menempatkan Pak Prabowo
sebagai Calon Presiden yang paling diminati rakyat Indonesia. Bisa juga
diartikan bahwa ‘penilaian’ itu adalah upaya untuk melihat bagaimana
reaksi politisi Partai Gerindra, termasuk pribadi Pak Prabowo sendiri.
Apakah ada reaksi berlebihan atau tidak? Sebab salah ‘bereaksi’ bisa
mengakibatkan sesuatu yang tak bernilai bagi Pak Prabowo dan partainya.
Ada baiknya, tak perlu reaktif dengan penilaian itu, tetapi menjadikan
bahan evaluasi bagi perjalanan politik Pak Prabowo juga Partai Gerindra.
Memang,
siapa yang tak ‘terbakar’ jika dinilai seperti itu, dan itu menjadi hal
lumrah dalam dunia politik. Saya pikir Pak Prabowo dan partainya jauh
lebih memahami hal yang seperti ini. Saya justru sepakat, jika kritikan
Pak Ramadhan harusnya menjadi ‘jualan’ Pak Prabowo dan Partai Gerindra
ketika bertemu dengan khlayak Indonesia. Sampaikan kepada public, bahwa
oleh seorang kader partai tertentu, telah memberi penilaian ‘seperti
ini’. apa reaksi Anda? Biarkan rakyat yang menilainya.
Hal
lain, bisa jadi kritikan itu kemudian membuat Pak Prabowo melepaskan
‘meriam’ hanya untuk menembak ‘nyamuk’. Tentu ini tak perlu, karena akan
berdampak pada cost yang besar bagi Pak Prabowo dan Partainya. Sebab
boleh jadi ketika Pak Prabowo ‘terbakar’ akan memperlihatkan kekuatannya
pada public Indonesia secara full, maka saat masa Pemilu tiba ‘peluru’
makin berkurang, dan membuat posisi Pak Prabowo makin melemah.
Yang pasti banyak sisi positif dari lahir dari kritikan, beberapa diantaranya; pertama, menjadi lecutan fanatisme publik kepada Pak Prabowo dan semakin mengurangi ‘nilai’ bagi partai Pak Ramadhan sendiri. Kedua, Pak Prabowo akan menjadi newsmaker
media massa dalam kurun beberapa waktu, yang menjadikan Pak Prabowo
mendapatkan ‘iklan gratis’ lagi pada publiknya, apalagi belakangan ini
Pak Prabowo jarang tampil di media massa. Ketiga, Pak Prabowo
dan Partai Gerindra akan semakin berbenah untuk terus mengaplikasikan
visi-visi kerakyatannya pada public Indonesia.
Keempat,
fanatisme orang daerah pada sosok Pak Prabowo akan meninggi, karena
masyarakat di daerah lebih ‘menyenangi’ figure yang dikucilkan ketimbang
figur yang dikultuskan. Dan Kelima, emosional anggota TNI, dan
pensiunan juga akan semakin mengental pada sosok Prabowo Subianto.
bagaimanapun, Pak Prabowo adalah mantan Panglima Kostrad yang merupakan
pasukan elit angkatan darat yang pernah dimiliki negeri ini.
Mungkin
tak ada yang penting dari tulisan ini, tetapi setidaknya ada satu kata
yang bisa dipetik, yakni ‘lecutan fanatisme akan sosok Prabowo Subianto’
makin menguat.
Selamat Siang Indonesia Raya!