» » » Kritik Pohan, Lecutan Fanatisme Prabowo

Kritik Pohan, Lecutan Fanatisme Prabowo

Penulis By on 31 October 2011 |

Siapa bilang Pak Prabowo ‘sudah dingin’ karena tak duduk di pemerintahan? Mungkin itu jawaban yang ada dibenak sebagian rakyat Indonesia pendukung Pak Prabowo Subianto atas ‘kritikan manis’ seorang Ramadhan Pohan, Wasekjen Partai Demokrat.. Tentu respon itu langsung terbalas, karena ‘diri Prabowo’ bukanlah ‘diri Ramadhan’. Apa yang dirasakan Pak Ramadhan belum tentu dirasakan Pak Prabowo. Yang pasti, ungkapan Pak Ramadhan perlu dianggap sebagai ‘pemantik semangat’ rakyat Indonesia untuk lebih mencintai Pak Prabowo. Terlepas dari penilaian subjektif bila kritikan itu salah satu jalan menjatuhkan ‘reputasi’ Pak Prabowo sebagai kandidat terkuat Presiden RI 2014 mendatang..

Respon Pak Ramadhan yang ‘menilai’ Pak Prabowo, bagi saya adalah sebuah bentuk ‘effek’ dari ‘stimulus’ hasil survey  yang menempatkan Pak Prabowo sebagai Calon Presiden yang paling diminati rakyat Indonesia. Bisa juga diartikan bahwa ‘penilaian’ itu adalah upaya untuk melihat bagaimana reaksi politisi Partai Gerindra, termasuk pribadi Pak Prabowo sendiri. Apakah ada reaksi berlebihan atau tidak? Sebab salah ‘bereaksi’ bisa mengakibatkan sesuatu yang tak bernilai bagi Pak Prabowo dan partainya. Ada baiknya, tak perlu reaktif dengan penilaian itu, tetapi menjadikan bahan evaluasi bagi perjalanan politik Pak Prabowo juga Partai Gerindra.

Memang, siapa yang tak ‘terbakar’ jika dinilai seperti itu, dan itu menjadi hal lumrah dalam dunia politik. Saya pikir Pak Prabowo dan partainya jauh lebih memahami hal yang seperti ini. Saya justru sepakat, jika kritikan Pak Ramadhan harusnya menjadi ‘jualan’ Pak Prabowo dan Partai Gerindra ketika bertemu dengan khlayak Indonesia. Sampaikan kepada public, bahwa oleh seorang kader partai tertentu, telah memberi penilaian ‘seperti ini’. apa reaksi Anda? Biarkan rakyat yang menilainya.

Hal lain, bisa jadi kritikan itu kemudian membuat Pak Prabowo melepaskan ‘meriam’ hanya untuk menembak ‘nyamuk’. Tentu ini tak perlu, karena akan berdampak pada cost yang besar bagi Pak Prabowo dan Partainya. Sebab boleh jadi ketika Pak Prabowo ‘terbakar’ akan memperlihatkan kekuatannya pada public Indonesia secara full, maka saat masa Pemilu tiba ‘peluru’ makin berkurang, dan membuat posisi Pak Prabowo makin melemah.

Yang pasti banyak sisi positif dari lahir dari kritikan, beberapa diantaranya; pertama, menjadi lecutan fanatisme publik kepada Pak Prabowo dan semakin mengurangi ‘nilai’ bagi partai Pak Ramadhan sendiri. Kedua, Pak Prabowo akan menjadi newsmaker media massa dalam kurun beberapa waktu, yang menjadikan Pak Prabowo mendapatkan ‘iklan gratis’ lagi pada publiknya, apalagi belakangan ini Pak Prabowo jarang tampil di media massa. Ketiga, Pak Prabowo dan Partai Gerindra akan semakin berbenah untuk terus mengaplikasikan visi-visi kerakyatannya pada public Indonesia.  

Keempat, fanatisme orang daerah pada sosok Pak Prabowo akan meninggi, karena masyarakat di daerah lebih ‘menyenangi’ figure yang dikucilkan ketimbang figur yang dikultuskan. Dan Kelima, emosional anggota TNI, dan pensiunan juga akan semakin mengental pada sosok Prabowo Subianto. bagaimanapun, Pak Prabowo adalah mantan Panglima Kostrad yang merupakan pasukan elit angkatan darat yang pernah dimiliki negeri ini.

Mungkin tak ada yang penting dari tulisan ini, tetapi setidaknya ada satu kata yang bisa dipetik, yakni ‘lecutan fanatisme akan sosok Prabowo Subianto’ makin menguat.

Selamat Siang Indonesia Raya!
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
comments