» » » “Dik Bowo Itu Rendah Hati”

“Dik Bowo Itu Rendah Hati”

Penulis By on 18 January 2012 |


Tubuhnya jangkung, tegap berkulit putih dengan rona wajah yang masih menyisahkan guratan-guratan ketegasan. Ia begitu lantang bercerita, tetapi kadang pelan, kadang berapi-api dan bahkan bisa menitikkan air mata jika bercerita tentang perjalanan sosok Prabowo Subianto. Pak Soemardi, begitu panggilan akrabnya,  ia senior Pak Prabowo di kemiliteran, karenanya ia banyak tahu tentang sepak terjang juniornya itu. Pak Soemardi juga adalah putra angkat mantan tokoh wanita di republik ini, Ny. Mien Soegandi, mantan menteri di beberapa pos zaman pemerintahan Pak Harto, juga aktifis perempuan yang begitu getol memperjuangkan posisi politik wanita di DPR justru di era orde baru.


“Dik Bowo itu orangnya rendah hati, ini bukan pujian, ini memang karakter bawaan Prabowo Subianto sejak bergabung di militer di usia 19 tahun. Mungkin karena Dik Bowo itu berdarah bangsawan Jawa campur Sulawesi sehingga ketegasan dan kelembutan hati itu mengalir di tubuhnya,” kata Soemardi, yang juga pengusaha  di Jakarta beberapa hari yang lalu dalam sebuah wawancara singkat dengan saya.

Kerendahan hati seorang Prabowo Subianto yang paling teringat dalam benak Pak Soemardi adalah ketika Pak Prabowo masih berpangkat Kolonel dan akan di promosi masuk jenjang perwira tinggi.. Saat itu Prabowo, mengumpulkan semua seniornya di militer, dan meminta pendapat pada seniornya : “Mas, apakah saya layak dapat Bintang? Apakah Mas setuju jika saya di promosi ke jenjang perwira tinggi” ujar Pak Prabowo yang menurut Pak Soemardi sebenarnya tak perlu disampaikan kepada para seniornya, sebab Prabowo kala itu memang dalam posisi yang ‘bersinar’ di antara sesama militer.

Tetapi ‘sowan’ Pak Prabowo dinilai Pak Someardi sebagai bentuk kerendahan hati. “Sangat sedikit orang yang sowan pada seniornya jika ingin dipromosi pangkat dan jabatan, biasanya justru menggunakan segala cara bahkan dengan trik-trik politik, tetapi Dik Bowo tidak seperti itu, ia tahu jika orang-orang sekelilingnya punya hasrat yang lebih untuk naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga sowan itu perlu, meski Dik Bowo itu adalah Mantu Pak Harto” kata Soemardi.

Karenanya kerabat Ibu Mien Soegandi ini, tak percaya jika Pak Prabowo pernah digossipkan ingin melakukan percobaan kudeta pada negara. “Saya sangat tidak percaya jika Dik Bowo itu mau melakukan kudeta pada Pak Habibie, itu fitnah dan saya amat sedih mendengar kabar itu. Kalaupun ada Dik Bowo dengan pasukannya di Istana kala itu, saya yakin jika itu adalah  upaya pengamanan istana. Saya pun jika berada di posisi sebagai Pangkostrad, mempertahankan simbol-simbol negara itu adalah wajib hukumnya,” tegasnya.

Ketidakpercayaan Pak Soemardi tentang isu kudeta, semata melihat ‘kadar’ nasionalisme dan kebangsaan Pak Prabowo. “Dik Bowo itu sejak umur 19 di kontrak negara untuk diabdikan hidupnya bagi keberlangsungan NKRI, dalam darahnya mengalir darah pejuang pendiri republik, dalam tubuhnya di baluti daging dan tulang kepercayaan mengepakkan sayap garuda, wajarlah jika ada yang menyebut Dik Bowo itu adalah Gajah Mada Muda, yang selalu ingin mempersatukan dan menjaga sejengkal tanah negeri ini, mempersatukan anak negeri dengan mengedepankan sikap saling menghargai, tepa seliro, dan tidak grasak-grusuk. Saya paham benar watak junior saya itu,” ujarnya pelan..

Sakit karena Kabar Dari Mahkamah Militer

Saat ini Pak Soemardi setelah purnabakti dari TNI, ia mengaku tinggal bermodal ‘semangat’ saja. Ia hanya menghabiskan waktu dengan sejumlah bisnis. Ia mengaku jika tubuhnya telah merapuh di sepuh usianya yang makin menua. Meski begitu, ia amat merindukan juniornya itu bisa dipercaya rakyat Indonesia sebagai pemimpin Republik ini di Pemilu tahun 2014. “Semoga sisa-sisa hidup ini masih bisa menyaksikan Dik Bowo sebagai Presiden RI, ia memang layak dan sangat pantas untuk itu, saya paham apa yang ingin diperbuat untuk bangsanya, jangan ragukan Dik Bowo, sebab dialah satria piningit itu,” Wajah Pak Soemardi tampak sayu, matanya tampak berkaca-kaca seolah bercerita dan menyaksikan Parabowo Subianto sudah berada di kursi kepresidenan.

Apa yang Bapak rasakan ketika mendengar kabar Pak Prabowo berhenti berkarir di militer? Saya memberi satu pertanyaan pada Pak Soemardi. “Dik Hamzah, saya langsung sakit” jawabnya singkat. “Ia, saya langsung sakit setelah mendengar kabar dari mahkamah militer, bahwa Dik Bowo harus pensiun dini di pangkat Letjen, sekujur tubuh saya langsung lemas, saya langsung merasa, jika negara keliru membebankan ‘kesalahan negara’ itu sama Dik Bowo. Harusnya Dik Bowo jenderal penuh. Tapi sudahlah, pertimbangan Mahkamah mungkin politis. Dan saya melihat sikap satria Dik Bowo itu ada di sana,” katanya.

“Tapi apapun cerita tentang Dik Bowo, saya tetap berpendapat jika putusan mahkamah militer tidak adil buat seorang satria sekelas Dik Bowo. Ditangan beliau militer kita berstandar internasional, di tangan Dik Bowo negara kita berwibawa karena punya pasukan elit yang dekat dengan rakyat, dan mampu menjaga keutuhan negara,” tandasnya

Apa yang Bapak inginkan jika kelak Prabowo jadi Presiden?
Maaf Dik Hamzah, saya ini sudah sepuh, saya tidak berpikir pragmatis lagi seperti banyak orang dalam melihat sosok Prabowo Subianto. Saya hanya berharap Negara ini maju dan rakyatnya sejahtera di tangan Dik Bowo. Sebab saya yakin beliau mampu menjalankannya. Saya yakin persepsi rakyat, persepsi mahasiswa, dan persepsi elit terhadap sosok Prabowo Subianto akan berubah jika Dik Bowo dipercaya rakyat Indonesia untuk tampil sebagai Presiden.

Bagi Pak Someardi, sosok Prabowo Subianto bukanlah seorang pembangun ‘junta militer’ ia hanya sosok tentara sejati yang punya hati dan jiwa yang merakyat. Sehingga tak perlu merisaukan akan cara pandangnya di masa depan. “ Dik Bowo itu tegas, bukan berarti keras. Ia sangat penyayang pada rakyat sipil. Dik Bowo itu amat rendah hati. Bisa Tanya pada orang-orang terdekat Prabowo, apakah selama menjadi militer pernah ‘menikmati’ gajinya dari negara? Silahkan cek and richek, jangan sampai saya keliru jika memastikannya. Tapi saya amat tahu watak Dik Bowo. Ia sangat peduli dengan kesejahteraan banyak orang, ia sangat hormat pada orang yang lebih tua dari usianya. Ia sangat santun pada siapa saja.” katanya.
-------------------------------

Pukul 23.00 WIB. Pak Soemardi masih bersemangat bercerita tentang Prabowo Subianto. Tetapi beberapa staf beliau mengingatkan soal waktu. Maklum kondisi fisiknya mulai menurun. Satu kata yang ia berikan sebagai kata kunci pada saya malam itu. “Dik Hamzah, apapun akan saya korbankan untuk kepemimpinan Pak Prabowo, saya berharap Dik Hamzah juga demikian. Rakyat kita terlalu lama hidup miskin di negara yang kaya raya ini. Assalamu Alaikum!! Saya pamit dek.” Katanya. **
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
comments