Tubuhnya
jangkung, tegap berkulit putih dengan rona wajah yang masih menyisahkan
guratan-guratan ketegasan. Ia begitu lantang bercerita, tetapi kadang
pelan, kadang berapi-api dan bahkan bisa menitikkan air mata jika
bercerita tentang perjalanan sosok Prabowo Subianto. Pak Soemardi,
begitu panggilan akrabnya, ia senior Pak Prabowo di kemiliteran,
karenanya ia banyak tahu tentang sepak terjang juniornya itu. Pak
Soemardi juga adalah putra angkat mantan tokoh wanita di republik ini,
Ny. Mien Soegandi, mantan menteri di beberapa pos zaman pemerintahan Pak
Harto, juga aktifis perempuan yang begitu getol memperjuangkan posisi
politik wanita di DPR justru di era orde baru.
“Dik
Bowo itu orangnya rendah hati, ini bukan pujian, ini memang karakter
bawaan Prabowo Subianto sejak bergabung di militer di usia 19 tahun.
Mungkin karena Dik Bowo itu berdarah bangsawan Jawa campur Sulawesi
sehingga ketegasan dan kelembutan hati itu mengalir di tubuhnya,” kata
Soemardi, yang juga pengusaha di Jakarta beberapa hari yang lalu dalam
sebuah wawancara singkat dengan saya.
Kerendahan
hati seorang Prabowo Subianto yang paling teringat dalam benak Pak
Soemardi adalah ketika Pak Prabowo masih berpangkat Kolonel dan akan di
promosi masuk jenjang perwira tinggi.. Saat itu Prabowo, mengumpulkan
semua seniornya di militer, dan meminta pendapat pada seniornya : “Mas,
apakah saya layak dapat Bintang? Apakah Mas setuju jika saya di promosi
ke jenjang perwira tinggi” ujar Pak Prabowo yang menurut Pak Soemardi
sebenarnya tak perlu disampaikan kepada para seniornya, sebab Prabowo
kala itu memang dalam posisi yang ‘bersinar’ di antara sesama militer.
Tetapi
‘sowan’ Pak Prabowo dinilai Pak Someardi sebagai bentuk kerendahan
hati. “Sangat sedikit orang yang sowan pada seniornya jika ingin
dipromosi pangkat dan jabatan, biasanya justru menggunakan segala cara
bahkan dengan trik-trik politik, tetapi Dik Bowo tidak seperti itu, ia
tahu jika orang-orang sekelilingnya punya hasrat yang lebih untuk naik
pangkat ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga sowan itu perlu, meski
Dik Bowo itu adalah Mantu Pak Harto” kata Soemardi.
Karenanya
kerabat Ibu Mien Soegandi ini, tak percaya jika Pak Prabowo pernah
digossipkan ingin melakukan percobaan kudeta pada negara. “Saya sangat
tidak percaya jika Dik Bowo itu mau melakukan kudeta pada Pak Habibie,
itu fitnah dan saya amat sedih mendengar kabar itu. Kalaupun ada Dik
Bowo dengan pasukannya di Istana kala itu, saya yakin jika itu adalah
upaya pengamanan istana. Saya pun jika berada di posisi sebagai
Pangkostrad, mempertahankan simbol-simbol negara itu adalah wajib
hukumnya,” tegasnya.
Ketidakpercayaan
Pak Soemardi tentang isu kudeta, semata melihat ‘kadar’ nasionalisme
dan kebangsaan Pak Prabowo. “Dik Bowo itu sejak umur 19 di kontrak
negara untuk diabdikan hidupnya bagi keberlangsungan NKRI, dalam
darahnya mengalir darah pejuang pendiri republik, dalam tubuhnya di
baluti daging dan tulang kepercayaan mengepakkan sayap garuda, wajarlah
jika ada yang menyebut Dik Bowo itu adalah Gajah Mada Muda, yang selalu
ingin mempersatukan dan menjaga sejengkal tanah negeri ini,
mempersatukan anak negeri dengan mengedepankan sikap saling menghargai,
tepa seliro, dan tidak grasak-grusuk. Saya paham benar watak junior saya
itu,” ujarnya pelan..
Sakit karena Kabar Dari Mahkamah Militer
Saat
ini Pak Soemardi setelah purnabakti dari TNI, ia mengaku tinggal
bermodal ‘semangat’ saja. Ia hanya menghabiskan waktu dengan sejumlah
bisnis. Ia mengaku jika tubuhnya telah merapuh di sepuh usianya yang
makin menua. Meski begitu, ia amat merindukan juniornya itu bisa
dipercaya rakyat Indonesia sebagai pemimpin Republik ini di Pemilu tahun
2014. “Semoga sisa-sisa hidup ini masih bisa menyaksikan Dik Bowo
sebagai Presiden RI, ia memang layak dan sangat pantas untuk itu, saya
paham apa yang ingin diperbuat untuk bangsanya, jangan ragukan Dik Bowo,
sebab dialah satria piningit itu,” Wajah Pak Soemardi tampak sayu,
matanya tampak berkaca-kaca seolah bercerita dan menyaksikan Parabowo
Subianto sudah berada di kursi kepresidenan.
Apa yang Bapak rasakan ketika mendengar kabar Pak Prabowo berhenti berkarir di militer?
Saya memberi satu pertanyaan pada Pak Soemardi. “Dik Hamzah, saya
langsung sakit” jawabnya singkat. “Ia, saya langsung sakit setelah
mendengar kabar dari mahkamah militer, bahwa Dik Bowo harus pensiun dini
di pangkat Letjen, sekujur tubuh saya langsung lemas, saya langsung
merasa, jika negara keliru membebankan ‘kesalahan negara’ itu sama Dik
Bowo. Harusnya Dik Bowo jenderal penuh. Tapi sudahlah, pertimbangan
Mahkamah mungkin politis. Dan saya melihat sikap satria Dik Bowo itu ada
di sana,” katanya.
“Tapi
apapun cerita tentang Dik Bowo, saya tetap berpendapat jika putusan
mahkamah militer tidak adil buat seorang satria sekelas Dik Bowo.
Ditangan beliau militer kita berstandar internasional, di tangan Dik
Bowo negara kita berwibawa karena punya pasukan elit yang dekat dengan
rakyat, dan mampu menjaga keutuhan negara,” tandasnya
Apa yang Bapak inginkan jika kelak Prabowo jadi Presiden?
Maaf Dik Hamzah, saya ini sudah sepuh, saya tidak berpikir pragmatis lagi seperti banyak orang dalam melihat sosok Prabowo Subianto. Saya hanya berharap Negara ini maju dan rakyatnya sejahtera di tangan Dik Bowo. Sebab saya yakin beliau mampu menjalankannya. Saya yakin persepsi rakyat, persepsi mahasiswa, dan persepsi elit terhadap sosok Prabowo Subianto akan berubah jika Dik Bowo dipercaya rakyat Indonesia untuk tampil sebagai Presiden.
Maaf Dik Hamzah, saya ini sudah sepuh, saya tidak berpikir pragmatis lagi seperti banyak orang dalam melihat sosok Prabowo Subianto. Saya hanya berharap Negara ini maju dan rakyatnya sejahtera di tangan Dik Bowo. Sebab saya yakin beliau mampu menjalankannya. Saya yakin persepsi rakyat, persepsi mahasiswa, dan persepsi elit terhadap sosok Prabowo Subianto akan berubah jika Dik Bowo dipercaya rakyat Indonesia untuk tampil sebagai Presiden.
Bagi
Pak Someardi, sosok Prabowo Subianto bukanlah seorang pembangun ‘junta
militer’ ia hanya sosok tentara sejati yang punya hati dan jiwa yang
merakyat. Sehingga tak perlu merisaukan akan cara pandangnya di masa
depan. “ Dik Bowo itu tegas, bukan berarti keras. Ia sangat penyayang
pada rakyat sipil. Dik Bowo itu amat rendah hati. Bisa Tanya pada
orang-orang terdekat Prabowo, apakah selama menjadi militer pernah
‘menikmati’ gajinya dari negara? Silahkan cek and richek,
jangan sampai saya keliru jika memastikannya. Tapi saya amat tahu watak
Dik Bowo. Ia sangat peduli dengan kesejahteraan banyak orang, ia sangat
hormat pada orang yang lebih tua dari usianya. Ia sangat santun pada
siapa saja.” katanya.
-------------------------------
-------------------------------
Pukul
23.00 WIB. Pak Soemardi masih bersemangat bercerita tentang Prabowo
Subianto. Tetapi beberapa staf beliau mengingatkan soal waktu. Maklum
kondisi fisiknya mulai menurun. Satu kata yang ia berikan sebagai kata
kunci pada saya malam itu. “Dik Hamzah, apapun akan saya korbankan untuk
kepemimpinan Pak Prabowo, saya berharap Dik Hamzah juga demikian.
Rakyat kita terlalu lama hidup miskin di negara yang kaya raya ini.
Assalamu Alaikum!! Saya pamit dek.” Katanya. **